PERINGATI HARI GURU NASIONAL 2024 SISWA GELAR PENTAS SENI

Gambar
  HARI GURU Hari Guru Nasional diperingati setiap tahunnya pada tanggal 25 November untuk menghormati jasa-jasa guru dan mengenang berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun 1945.  Tanggal 25 November 2024 SDN 2 Teras memperingati Hari Guru Nasional dengan menggelar pentas seni siswa-siswi SDN 2 Teras dari kelas 1 hingga kelas 6. Acara Hari Guru ini diawali dengan apel pagi bersama-sama dengan bu Etik Retnowati, S.Pd.SD sebagai pembina apelnya. setelah apel selesai baru dilanjut acara pentas seni oleh siswa-siswi yang diawali pentas dari kelas 1, membawakan tari kreasi "Guruku Tersayang", dan "Komando Latihan Pertempuran" Kelas 2 menampilkan menyanyi Hymne Guru, dilanjutkan kelas 3 yakni menampilkan tari kreasi "Tokecang" dan tari kreasi "Gambang Suling"         Kelas 4 menampilkan tari kreasi "Manuk Dadali" dilanjutkan pentas seni kelas 5 yakni tari kreasi "Jaranan", "Bungong Jeumpa", "Yamko...

= SANG GURU DALAM DILEMA =

 


Oleh: Ki Rusman

SEJAK awal Drona memang selalu pada pilihan yang sulit. Puncaknya ketika raja Astina meminta "Pati"-nya Wrekudara, sebagai bukti cinta sang guru pada Kurawa. Tentu saja perintah itu teramat berat baginya. Dalam hati yang paling dalam Druna sangat sayang kepada Bima. Tapi kenyataan yang ada ia dan anaknya Aswatama hidupnya tergantung pada Duryudana.

Drona seperti dihadapkan pada buah simalakama. Hatinya ingin memberontak, tapi disadari di depannya ada jurang yang menganga. Akhirnya Drona bersandiwara, apus krama pada muridnya Bima.

Di pisuwanan agung Astina Drona memanggil Wrekudara. Dengan tersendat ia katakan bahwa dirinya ingin mengajarkan ilmu "Sangkan Paraning Dumadi."

"Syaratnya carilah dulu Kayu Gung Susuhing Angin, ngger," kata Drona.

""Aku harus kemana?" tanya Bima singkat.

"Ke hutan Tikbrasara di lereng gunung Reksamuka."

Maka seperti biasa, Wrekudara segera berangkat. Tapi sepeninggal muridnya Drona jatuh pingsan dan sakit. Orang tua itu baru sembuh ketika Wrekudara datang.

Betapa bahagianya sang guru, saat murid yang dikasihinya tidak mati. Bima berhasil membunuh Raksasa Rukmuka dan Rukmakala jelmaan Batara Indra dan Batara Bayu. Bima bahkan memperoleh Cincin Sesotya Maniking Warih. Pusaka ini bisa dipakai berjalan dan menyelam di dasar samudra.

Menurut Batara Bayu Kayu Gung Susuhing Angin tiada lain adalah suatu ajaran agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsu. Kayu itu kajeng berarti pikajengan atau kemauan. Gung berarti agung atau tinggi. Susuhing Angin ialah nafsu. Jadi jika orang ingin mencapai kemauan yang tinggi, ia harus mampu mengendalikan hawa nafsu.

***

Tapi dengan kembalinya Bima tak urung Drona menjadi bahan cemohan para Kurawa. Maka sang guru terpaksa mencari cara lain. Kali ini ia memilih alasan mencari "Air Perwita Sari."

"Aku harus kemana lagi?" tanya Bima.

"Adanya di dasar samudra ngger," jawab sang guru. Maka lagi-lagi Bima tak banyak bertanya.  Satria tinggi besar itu berangkat berbekal cincin sesotya maniking Warih. 

Apakah sebenarnya Air Perwita Sari itu? Air adalah lambang alam atau kehidupan, Perwita berarti karakter atau sifat, Sari itu inti atau keaslian. Jadi maknanya adalah bahwa dalam kehidupan ini orang harus mengenal dirinya secara hakiki (kebenaran sejati).

* Man arafa nafsahu Faqad arafa Rabbahu *

(Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhan-nya)

Dalam konteks lakon Dewa Ruci Bima telah dihadapkan pada dirinya yang sejati (Dewa Ruci). Dewa Ruci adalah Bima di pintu kesadaran manusiawi. Dewa Ruci adalah saripati dari Bima sendiri yang muncul dalam kepasarahan total kepada Sang Maha Pencipta.

Setiap manusia memiliki dua alam, ialah mikrokosmos yang tak lain adalah dunia dalam diri pribadi, sedang alam satunya adalah makrokosmos manusia dalam kaitannya dengan alam semesta dengan segala isinya. Dewa Ruci merupakan mikrokosmos-nya Bima, sedang Bima dalam kesehariannya adalah makrokosmos.

Mengapa harus Bima? Inilah yang tidak kalah penting. Mengapa harus Bima? Bukan Kresna, Puntadewa atau Arjuna? Jawabannya adalah karena Bima adalah sosok yang paling memenuhi syarat untuk menerima anugerah perwita sari. Apa syarat itu? Ialah jujur, berani dan taat pada sang guru nadi. Syarat ini nampaknya ringan tapi sesungguhnya sangatlah berat.

Puntadewa orangnya jujur tapi ia bukan pemberani, Kresna pemberani namun syarat kejujurannya kurang, Arjuna sangat pemberani dan taat pada gurunya namun derajat kejujurannya diragukan. Sedangkan Bima atau Wrekudara tak pernah ada yang meragukan kejujuran dan keberaniannya. Iapun sosok yang patut dicontoh dalam soal kepatuhannya pada sang guru.

Lihat saja, meskipun yang memerintahkan untuk terjun ke dasar samudra adalah Drona, seorang guru yang banyak orang meragukan integritasnya, Bima tak pernah sedikitpun menolak. Baginya guru adalah guru, terlepas dari apapun kata orang.

Dan ternyata benar, dalam lubuk hati yang paling dalam Drona sangat mencintai Bima.

Di tengah derasnya permintaan Kurawa untuk mencelakakan Bima, toh akhirnya ratapan tangis Drona terdengar sangat menyayat. Yaitu ketika ia mendapatkan muridnya telah sebulan lebih tenggelam ke dasar samudra. Dan Drona pun nekat menceburkan diri ke dalam lautan, menyusul siswa yang sangat ia khawatirkan kematiannya.

"Eh lolee .. lolee, anakku ngger Wrekudara. Jangan tinggalkan aku nggeer ...!"

Betapa terkejutnya Kurawa dan Pandawa ketika beberapa hari kemudian terlihat Sang Wrekudara datang dari tengah lautan sambil membopong tubuh gurunya.**

 

 

Sumber  :  https://www.facebook.com/solusi.pendidikan.33

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISWA KELAS 1 DAN 2 SDN 2 TERAS SEMANGAT IKUTI IMUNISASI PIN POLIO

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SDN 2 Teras yang Terarah dan Menyenangkan