Abdul Latif Pemuda Betawi Yang Mengibarkan Bendera Merah Putih
Detik-Detik Proklamasi Hasil
rapat disepakati bahwa proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945 tepat
pukul 10.00 WIB.
Para pemuda bergegas menyiapkan
peralatan upacara dan mengumpulkan masyarakat di halaman rumah Soekarno.
Komandan Latief Hendraningrat dan Arifin Abdurrahman berjaga-jaga dan
menyiapkan pasukan.
Barisan pelopor yang dipimpin S.
Suhud menyiapkan tiang bendera. Bendera yang digunakan pada upacara tersebut
adalah bendera merah putih yang dijahit sendiri oleh istri Soekarno, yaitu Ibu
Fatmawati. Bendera tersebut dikenal dengan nama Bendera Pusaka.
Namun sejak tahun 1969, Bendera
Pusaka tidak lagi digunakan dan disimpan di Istana Merdeka, digantikan dengan
bendera duplikat. Tepat pukul 10.00 WIB, Soekarno didampingi Mohammad Hatta
membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Upacara dilanjutkan dengan
pengibaran bendera merah putih oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud dengan
diiringi Lagu “Indonesia Raya” ciptaan Wage Rudolf Supratman.
Semua masyarakat yang menyaksikan
upacara pagi itu menangis terharu dan bersyukur atas dibacakannya proklamasi
kemerdekaan. Dengan cepat, berita tentang kemerdekaan Indonesia menyebar ke
seluruh penjuru negeri.
Wilayah Indonesia yang sangat
luas, sedangkan komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat
terbatas, ditambah dengan hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita
proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang
menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah,
terutama di luar Jawa.
Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di
daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas.
Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio
dari Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen.
Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama
Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita
proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan
tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab
mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut
memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen
tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan
diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti.
Akibat
dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk
meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945
pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar
baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto,
Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31,
dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi
kemerdekaan disiarkan
Komentar
Posting Komentar