Foto adalah prosesi pengambilan bunga wijaya kusuma pada tahun 1939 pada masa awal pemerintahan Sunan Pakubuwana XI.
Seri Pengetahuan sejarah Mataram
Bunga Wijaya Kusuma dianggap memiliki perlambang, Bunga
Kemenangan, Bunga Kejayaan, Bunga Keberhasilan. Dalam sebuah kisah diceritakan
Prabhu Kresna raja Dwarawati di saat menuju ke Gunung Mahameru atau Suralaya
ketika sampai di pinggir laut selatan melepaskan bunga wijaya kusuma dalam
kendaga dan dilabuh ke laut selatan sambil berkata semoga akan tumbuh dan
menjadi salah satu perantara Raja Raja Tanah Jawa menjadi Raja yang Gung
Binatara.
Salah satunya Sunan Amangkurat II memerintahkan Priyantaka
untuk mencari bunga wijaya kusuma hingga ketemu dan tidak boleh kembali ke
Kraton Kartasura jika belum mendapatkannya. Akhirnya sekitar delapan bulan
kemudian Priyantaka kembali dengan membawa bunga wijaya kusuma. Sebagai tanda
terima kasih Amangkurat II mengangkat Priyantaka sebagai Patih dengan nama
gelar Raden Tumenggung Sindurejo.
Pada masa awal pemerintahan Sunan Pakubuwana X, beliau juga
memerintahkan untuk memetik bunga wijaya kusuma di Pulau Majeti Karang Bandhung
Cilacap.
Tepatnya sekitar delapan bulan setelah penobatan beliau
sebagai Raja Kraton Surakarta yaitu Sabtu Pon
tanggal 23 Rabiul Akhir tahun Dal candra sangkala gunaning cundaka
angesthi wiji ( tahun 1823 ) beliau memerintahkan Bupati Anom Kliwon Suranata
yaitu Raden Ngabehi Reksaniti VI untuk memetik bunga wijaya kusuma di Karang
Bandhung Cilacap.
Prosesi diawali pada malam sebelum keberangkatan R Ngabehi
Reksaniti VI dan Abdi Dalem Kauman menghadap Sunan Pakubuwana X di Masjid
Panepen Kraton Surakarta. Disana dilaksanakan doa bersama mohon kelancaran
dalam memetik bunga wijaya kusuma. Setelah selesai, Sunan Pakubuwana X dengan
didampingi Patih, juga Pengulu Tafsir Anom dan diiringi para abdi dalem Kauman
berjalan menuju Sasana Parasdya. Setelah sampai di Sasana Parasdya , Sunan
Pakubuwana X lenggah di dampar kencana. Dilanjutkan satu persatu para abdi
dalem Kauman dan R Ng Reksaniti VI
menghaturkan sembah dan sungkem pangabekti kepada Sunan Pakubuwana X.
Kepada para abdi dalem Kauman, Sunan Pakubuwana X berpesan
supaya mereka mengurangi makan minum dan senantiasa berdoa supaya dilancarkan
dalam tugas memetik bunga wijaya kusuma. Kemudian para abdi dalem undur diri
keluar dari Kraton.
Pada keesokan harinya Sabtu pagi pukul delapan para abdi
dalem Kauman dan R Ngabehi Reksaniti VI berjalan menuju halaman Sasana Sewaka
dengan berpakaian prajurit lengkap. Disana sudah menunggu Sunan Pakubuwana X di
depan Bangsal Maligi. Setelah menghadap Sunan Pakubuwana X, mereka berpamitan.
Rombongan keluar dari Kraton melewati Kori Sri Manganti Lor, Kamandungan, Supit
Urang. Kemudian mereka berkuda menuju arah barat.
Ketika sampai di Astana Laweyan mereka berhenti dan turun
dari kuda.mereka melakukan sholat Dzuhur di mesjid Laweyan.kemudian dilanjutkan
ziarah kemakam para leluhur Sunan Pakubuwana X, antara lain, makam Ki Ageng
Henis, Nyai Ageng Made Pandan, Nyai Ageng Pathi, Ki Ageng Ngerang III sekalian
istri, Nyai Ageng Sobo, Permaisuri Sunan Pakubuwana IV, RAy Sosrokusumo, KPH
Purbonegara sekalian Garwa, GKR Pakubuwana VIII. Kemudian para abdi Kauman
membagikan uang sedekah atas nama Sunan Pakubuwana X kepada rakyat sekitar.
Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan, sesampai di Makam Aji Pajang mereka
berziarah kemakam RT Wirareja orang tua Kanjeng Ratu Beruk permaisuri Sunan PB
III. Kemudian dilanjutkan sholat Asar di Mesjid Saripan. Disana juga membagikan
sedekah . Rombongan beristirahat dan bermalam di Makam Aji Pajang. Keesokan
harinya rombongan melanjutkan perjalanan.sesampai di Boyolali beristirahat dan
bermalam. Ketika sampai Salatiga beristirahat dan bermalam. Perjalanan ke
Cilacap memakan waktu 10 hari. Dan setiap perjalanan tidak lupa membagikan uang
sedekah kepada rakyat yang ditemui.
Ketika sampai di Cilacap rombongan berziarah ke makam
leluhur Sunan Pakubuwana X sembari membagikan sedekah. Kemudian rombongan
beristirahat dan mempersiapkan uba rampe keperluan memetik bunga.
Keesokan harinya pukul empat pagi rombongan menuju ke
pelabuhan. Disana mereka berganti baju kain putih. Kemudian jam delapan pagi
naik kapal menuju pula Karang Bandhung dengan didampingi Juru Kunci Pula Karang
Bandhung. Ditengah laut , mereka
melarung ageman, kain jarik milik Sunan Pakubuwana X . Pukul empat sore sampai
di pulau Karang Bandhung. Kemudian mereka naik ke bukit tempat pohon tua wijaya
kusuma berada. Setelah melakukan ritual doa akhirnya pukul tiga pagi bunga
wijaya kusuma berhasil dipetik dan dimasukkan kedalam kain sutera berlapis kain
cinde. Dan digendong oleh Raden Ngabehi Reksaniti VI . Kejadian tersebut
bertepatan Malam Selasa 11 Jumadil Awal 1823.
Kemudian rombongan pulang. Dipinggir kota Nagari Surakarta, rombongan disambut Patih dan kemudian Bungkusan bunga wijaya kusuma dimasukkan kedalam kendaga kemudian dimasukkan kedalam joli. Kemudian joli diarak menuju Kraton Surakarta kemudian masuk kedalam Kraton Surakarta, di Sasana Parasdya Sunan Pakubuwana X berkenan lenggah menyambut kedatangan rombongan. Sunan Pakubuwana X menerima Kendaga berisi bunga wijaya kusuma, kemudian oleh beliau kendaga tersebut dibawa kedalam Dalem Ageng Prabasuyasa dan disimpan di Kamar Pusaka.
Sumber : Akun FB Jejak Sejarah Mataram
Komentar
Posting Komentar