Law of Attraction,bagian 3
Kita pasti seringkali atau pernah mendengar ungkapan “Ucapan
adalah doa” atau “The Power of Your Mind.” Apakah benar apa yang kita pikirkan
dan ucapkan bisa menjadi doa dan terjadi dalam kehidupan kita? Untuk memahami
ungkapan tersebut, sebenarnya kita bisa memahami salah satu hukum alam yaitu
The Law of Attraction (hukum tarik menarik) dan sekaligus melatihnya agar dapat
membuktikan apakah memang apa yang kita pikirkan dan ucapkan bisa benar-benar
terjadi.
Secara sederhana, The Law of Attraction (LoA) adalah hukum
ketertarikan atau tarik menarik, di mana apapun yang kita fokuskan dalam
pikiran dan rasakan, adalah yang akan ditarik dan hadir ke dalam kehidupan
-secara sadar atau tidak sadar, positif atau negatif, diinginkan atau tidak
diinginkan. The Law of Attraction sebenarnya selalu bekerja. This Law uses us.
Menariknya, pada akhirnya kita pun bisa menyadari bahwa kita menarik bukan apa
yang diinginkan melainkan menarik atas apa yang diyakini akan terwujud.
Kita menarik bukan apa yang diinginkan melainkan menarik
atas apa yang diyakini akan terwujud.
Jika kita ingin memahami cara kerja salah satu hukum alam
ini dan berlatih menggunakannya dengan kesadaran dan niat, kita akan
mendapatkan manfaat yang bernilai, diantaranya:
Semakin tahu apa yang benar-benar diinginkan dalam hidup,
baik untuk aspek pribadi, hubungan, keuangan, pekerjaan dan spiritual.
Dapat membantu mengenal diri lebih dalam sebab dalam
praktiknya kita akan menggali sifat, kebiasaan sampai belief system yang
terkadang bisa menghambat untuk mendapatkan apa yang benar-benar diinginkan.
Bisa belajar untuk dapat lebih menghargai dan berterima
kasih pada semua hal dalam hidup. Mulai pada diri sendiri, semua orang yang
hadir dalam hidup, cerita-cerita yang hadir dalam hidup, serta tentunya pada
Sang Maha Sumber.
Semakin lebih berhati-hati dalam berpikir, merasa, berucap
dan bertindak.
Kehidupan yang kita jalani menyebabkan kita untuk meminta
pada Sang Maha Sumber. Untuk berlatih LoA dengan kesadaran, hadirkan diri dalam
keadaan yang tenang dan damai. Kemudian perlahan menghadirkan perasaan bahagia,
misalnya perasaan ketika sedang berlibur. Sejenak barulah kita mengolah
keinginan-keinginan yang ingin kita wujudkan. Keinginan tersebut juga bisa
dituliskan secara rinci. Bisa juga dibagi per kategori misalnya keinginan untuk
pengembangan diri secara spiritual, untuk hubungan, karier, dan sebagainya.
Yang terpenting adalah kita harus tahu apa yang benar-benar kita inginkan.
Karena terkadang, mungkin juga kita tidak tahu apa yang dinginkan. Ketika sudah
tahu apa yang benar-benar diinginkan, coba hadirkan rasanya jika keinginan itu
terwujud. Jika keinginan berupa materi, bayangkan bentuknya dan simulasikan
seperti perasaan yang muncul ketika mendapatkanya. Lalu tumbuhkan rasa percaya.
Percaya bahwa keinginan kita pasti diwujudkan oleh Sang Maha sumber.
Kehidupan yang kita jalani menyebabkan kita untuk meminta
pada Sang Maha Sumber.
Bagaimanapun, inilah yang bisa menjadi tantangan bagi banyak
manusia karena biasanya, manusia cenderung untuk melihat dulu hasil
manifestasinya baru bisa percaya. Dalam hukum tarik menarik ini, kita justru
diajarkan untuk percaya dulu baru akan diwujudkan. Believing is seeing.
Disinilah dibutuhkan proses latihan yang dapat dimulai dari hal-hal sederhana,
misalnya mudah dapat tempat parkir, mudah mendapat taksi, dsb.
Setelah menghadirkan “rasanya jika sudah terwujud,” kemudian
surrender, let it go to the Almighty Source. Dan hal inipun juga sering menjadi
tantangan. Pada dasarnya manusia memang punya kecenderungan untuk mengendalikan
sesuatu. Untuk bertindak dan berupaya sekeras mungkin membuat sesuatu terjadi
dengan fokus pada cara bagaimana mendapatkan dan mewujudkan. Melakukan tindakan
memang perlu untuk menghadirkan keinginan kita, dan dalam The Law of
Attraction, tindakan yang dilakukan adalah inspired action.
Ketika berserah dan percaya keinginan kita akan terwujud,
kita akan merasakan “rasa” yakin dan tenang. Dalam tahap inilah, ide-ide dan
imajinasi akan muncul dalam proses terwujudnya keinginan kita. Ide dan
imajinasi adalah merupakan awal dari manifestasi. Dari ide-ide dengan dasar
“rasa” tesebut, barulah kita melakukan inspired action.
Ketika berserah dan percaya keinginan kita akan terwujud,
kita akan merasakan “rasa” yakin dan tenang. Dalam tahap inilah, ide-ide dan
imajinasi akan muncul dalam proses terwujudnya keinginan kita.
Jika kita mau mempraktikan LoA dengan kesadaran dan niat,
nantinya kita akan mulai menyadari bahwa hukum ini bisa memberikan kita
kemampuan untuk dapat mengapresiasi dan berterima kasih atas segala kejadian
dan kontras yang hadir dalam hidup sekalipun.
Seperti halnya di masa pandemi yang menantang ini. Pemahaman
cara kerja hukum tarik menarik dapat melatih kita untuk berterima kasih pada
apapun yang terjadi sebab apapun yang hadir dalam hidup pasti ada tujuannya.
Kontras hadir dalam hidup kita agar kita bisa menerima diri dan kehidupan
sehingga kita makin tahu apa yang benar-benar diinginkan. Kita tidak bisa
mengendalikan apapun yang hadir dalam hidup kita, namun kita bisa mengendalikan
cara kita merespon terhadap hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Pemahaman cara kerja hukum tarik menarik dapat melatih kita
untuk berterima kasih pada apapun yang terjadi sebab apapun yang hadir dalam
hidup pasti ada tujuannya.
Ketimbang menyalahkan keadaan, kita bisa mengingatkan diri
dan bersyukur atas apa yang sudah dimiliki, juga menjadikan momen ini sebagai
refleksi dan evaluasi diri. Menanyakan kembali apakah keinginan kita selama ini
sudah sesuai atau perlu dipertimbangkan kembali. Untuk mendapatkan jawabannya
pun kita perlu berlatih mejalani hidup The Art of Allowing atau seni menerima
keadaan. Dengan demikian kita bisa belajar untuk melepaskan keinginan untuk
mengendalikan situasi (wanting to control), lebih bersabar atas keinginan yang
kita yakin akan hadir dalam hidup sebagaimana mestinya. Dan pada akhirnya bisa
hidup, hadir seutuhnya di saat ini. Menikmati setiap momen yang hadir. Because
we are human being, not human doing.
Untuk mendapatkan jawabannya pun kita perlu berlatih
mejalani hidup The Art of Allowing atau seni menerima keadaan. Dengan demikian
kita bisa belajar untuk melepaskan keinginan untuk mengendalikan situasi
(wanting to control), lebih bersabar atas keinginan yang kita yakin akan hadir
dalam hidup sebagaimana mestinya.(Dea Soelistyo) \
Sumber : https://greatmind.id/article/seni-meminta-dan-menerima
Komentar
Posting Komentar