Membangun Semangat Keimanan Siswa, SDN 2 Teras Gelar Pesantren Kilat Ramadhan 1446 H

Gambar
Teras - Untuk meningkatkan wawasan keislaman dan membangun semangat keimanan siswa di Bulan Suci Ramadhan Tahun 1446 H. SD Negeri 2 Teras menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat selama 3 hari berturut-turut pada Kamis, 06 Maret s/d Sabtu, 08 Maret 2025. Kegiatan diikuti oleh 154 siswa dari kelas I hingga kelas VI. Beberapa materi yang disampaikan dalam pesantren kilat antara lain, Tadarus Al-Qur'an / Tahsin, Fiqih, dan Tarikh/ sejarah islam. Materi pesantren kilat disampaikan oleh para guru setempat. Berikut Rundown acara Pesantren Kilat Ramadhan 1446 H SDN 2 Teras Para siswa sangat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat ini. Melalui kegiatan pesantren kilat ini, diharapkan dapat meningkatnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama siswa sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuhnya kesadaran siswa / generasi muda untuk melakukan perbuatan terpuji dan menghindari perbuatan tercela menurut ajaran agama, hukum, dan buday...

Detik-Detik Proklamasi

 




                     Abdul Latif  Pemuda Betawi Yang Mengibarkan  Bendera Merah Putih

Detik-Detik Proklamasi Hasil rapat disepakati bahwa proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 1945 tepat pukul 10.00 WIB. 

Para pemuda bergegas menyiapkan peralatan upacara dan mengumpulkan masyarakat di halaman rumah Soekarno. Komandan Latief Hendraningrat dan Arifin Abdurrahman berjaga-jaga dan menyiapkan pasukan.


Barisan pelopor yang dipimpin S. Suhud menyiapkan tiang bendera. Bendera yang digunakan pada upacara tersebut adalah bendera merah putih yang dijahit sendiri oleh istri Soekarno, yaitu Ibu Fatmawati. Bendera tersebut dikenal dengan nama Bendera Pusaka.

Namun sejak tahun 1969, Bendera Pusaka tidak lagi digunakan dan disimpan di Istana Merdeka, digantikan dengan bendera duplikat. Tepat pukul 10.00 WIB, Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Upacara dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud dengan diiringi Lagu “Indonesia Raya” ciptaan Wage Rudolf Supratman.

Semua masyarakat yang menyaksikan upacara pagi itu menangis terharu dan bersyukur atas dibacakannya proklamasi kemerdekaan. Dengan cepat, berita tentang kemerdekaan Indonesia menyebar ke seluruh penjuru negeri.


Wilayah Indonesia yang sangat luas, sedangkan komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas, ditambah dengan hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa.

 Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Berita Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.



Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. 

Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SDN 2 Teras yang Terarah dan Menyenangkan

Membangun Semangat Keimanan Siswa, SDN 2 Teras Gelar Pesantren Kilat Ramadhan 1446 H