METODE PEMBELAJARAN KREATIF UNTUK SEKOLAH DASAR

Gambar
                 Pembelajaran yang kreatif sangat penting untuk perkembangan siswa sekolah dasar. Metode ini tidak hanya membuat proses belajar lebih menyenangkan, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi. Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa metode pembelajaran kreatif yang dapat diterapkan di kelas sekolah dasar.   1.        Pembelajaran Berbasis Proyek             Metode pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa dalam kegiatan yang nyata dan relevan. Siswa bekerja dalam kelompok untuk merencanakan, melaksanakan, dan mempresentasikan proyek mereka. Misalnya, siswa dapat membuat taman sekolah, melakukan penelitian tentang lingkungan, atau menciptakan karya seni. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk belajar dari pengalaman langsung dan mengembangkan keterampilan sosial.   2.       Pembelajaran Melalui Permainan             Permainan edukatif adalah cara yang efektif untuk mengajar konsep-konsep dasar

Memahami Tantrum Pada Anak dan Solusinya

 



Untuk Ibu Ibu Muda 

Selamat, ibu ibu muda yang baru melahirkan ataupun pada ibu muda yang punya si kecil dengan senyumnya bikin gemes menghibur hati, sehingga rasa Lelah setelah bekerja seharianpun tak dirasakan bahkan terasa nikmat dihadapan si kecil, ibu-ibu bagaimana tumbuh kembangnya selama ini baik-baik bukan ? setiap anak akan melewati tahapan perkembangan yang membuat ibu -ibu muda takjub sekaligus bangga.DI sisi lain tantrum juga sering terjadi pada usia 1 sampai 3 tahun nanti.Anak yang mengalami sering membuat bapak ibu muda panik. Yuk kita belajar bareng bagaimana menghadapi anak tantrum agar si kecil Kembali ceria lagi.

Apa itu Tantrum  ?

Tantrum adalah ledakan emosi yang terjadi pada anak yang memiliki masalah emosional. Umumnya tantrum pada anak terjadi ketika anak merasa lapar, lelah, atau tidak nyaman namun si kecil tidak bisa menjelaskannya sehingga frustasi dan menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.

Perilaku ini bisa ditemui pada anak berusia 1 hingga 3 tahun. Umumnya, tantrum akan terjadi pada tahun kedua kehidupan anak, saat perkembangan bahasa anak usia dini mulai berkembang. Menurut Psikolog Elizabeth M Schilling, tantrum dialami oleh anak yang berusia kurang dari 2 tahun. Tantrum terjadi karena anak memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan emosinya dengan kata-kata

Tantrum biasanya diekspresikan dalam bentuk menangis kencang, berteriak, memukul, melempar barang, mendorong, maupun menggigit.

Tantrum adalah tahapan perkembangan emosi yang normal bagi anak. Saat merasa lelah, sakit, maupun ketakutan, ia masih belum bisa menggunakan kata-katanya sendiri untuk mengungkapkan perasaannya dengan lancar. Secara emosional, si Kecil juga belum nyaman menjadi individu yang terpisah dengan Ibu sehingga ia masih memerlukan kehadiran Ibu di sampingnya agar merasa nyaman dan aman.

Lantas, apa penyebab tantrum?




Selain pemicu fisiologis seperti rasa lelah, lapar atau sakit, tantrum juga bisa disebabkan oleh rasa frustasi. Rasa frustasi ini karena si Kecil memiliki keinginan yang kuat untuk mandiri, tapi juga ingin mendapatkan perhatian penuh dari orang tua. Ditambah lagi, ia belum memiliki kemampuan untuk mengomunikasikan keinginannya dengan baik dan mengelola emosinya tersebut.

Tantrum sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun dan biasanya disebabkan karena anak masih berada pada tahap awal perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.  Karena anak belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya, akibatnya mereka jadi frustrasi.

Tantrum adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka. Anak yang lebih besar juga bisa mengalami tantrum. Ini bisa jadi karena mereka belum belajar cara yang aman untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.

Menurut penelitian, lima hingga tujuh persen anak berusia satu hingga tiga tahun bisa memperlihatkan tantrum selama 15 menit, sebanyak hingga 3 kali seminggu atau lebih. Meski begitu, jangan terlalu khawatir ya, Bu.

Saat ia semakin besar dan mulai bisa belajar untuk memahami, serta mengomunikasikan dan mengelola perasaannya, maka frekuensi tantrumnya akan berkurang, kok.

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Tantrum?

Penanganan tantrum berbeda-beda tergantung karakter masing-masing anak. Untuk balita, bisa dilakukan dengan mendekatkan diri kepada anak ketika anak tantrum. Berikan kenyamana seperti pelukan dan elusan, serta yakinkan anak kalau orang tua memahami perasaannya.

Untuk anak yang lebih besar, orang tua bisa mengenali emosi-emosi anak setiap kali tantrum. Berikan jeda kepada anak dan  dukung anak saat mereka tenang, dan segera atasi masalah yang memicu tantrum.

Menghadapi si Kecil yang sedang tantrum memang memerlukan kesabaran . Apalagi, anak berusia satu tahun umumnya belum bisa bicara untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya.

Jika dibiarkan terus-menerus karena bisa menjadi kebiasaan yang buruk dan memengaruhi tumbuh kembangnya di kemudian hari. Nah, berikut adalah beberapa cara mengatasi anak tantrum yang bisa Ibu lakukan.

1. Tetap Tenang

Ketika menghadapi anak tantrum, penting bagi Ayah dan Ibu agar tetap tenang dan jangan ikut terbawa emosi. Sebab, hal ini justru akan membuat Ibu tidak bisa berpikir jernih untuk menghadapi perilaku anak.

Sebaliknya, menunjukkan sikap yang tenang justru akan menjadi contoh bagi si Kecil untuk ikut menenangkan dirinya sendiri. Jadi, cobalah tarik napas dalam-dalam dan tetap berusaha tenang. Lalu, pikirkan langkah apa yang akan Ibu lakukan selanjutnya sambil memantau kondisi si Kecil.

Apabila si Kecil mulai agresif, misalnya melempar barang, coba katakan “Adik nggak apa-apa marah sama Ibu, tapi jangan lempar-lempar mainan, ya. Kalau nanti kena orang lain, kan kasihan,” dengan nada tegas dan netral.

2. Bawa Anak ke Tempat Tenang

Jika anak mulai tantrum di tempat umum, ada baiknya Ibu segera membawa si Kecil menjauh dari keramaian dan sebisa mungkin cari tempat yang sepi. Tujuannya untuk “membolehkan” si Kecil lebih leluasa mengekspresikan perasaannya.

Tetap tahan emosi, dan cobalah sesekali belai lembut si Kecil sambil menunggunya sedikit tenang.

3. Biarkan Anak Meluapkan Emosinya

Mendiamkan si Kecil juga bisa menjadi salah satu cara yang ampuh saat menghadapi tantrumnya.

Sebab, terkadang anak tantrum hanya perlu melampiaskan emosinya agar merasa lega. Jadi, coba diamkan anak sejenak sambil meninggalkannya. Kemudian, dekati atau datangi kembali beberapa waktu kemudian.

Akan tetapi, tindakan “mengabaikan” ini hanya boleh Ibu lakukan selama anak tidak berada dalam situasi membahayakan dirinya. Saat akan mendiamkan si Kecil, pastikan dulu ya, tidak ada benda-benda berbahaya atau tindakan yang bisa menyakiti dirinya.

4. Alihkan Perhatian Anak

Anak kecil sangat mudah melupakan sesuatu dan tertarik pada hal baru. Ibu bisa memanfaatkan hal ini untuk mengalihkan perhatiannya saat tantrum.

Ada banyak cara untuk membuat si Kecil melupakan tantrumnya. Misalnya, ajak ia ke ruangan lain, atau tawarkan mainan kesayangannya. Ajak anak menyanyi, atau melakukan aktivitas favoritnya yang lain.

Ibu juga bisa mengajaknya memilih sesuatu saat sedang tantrum agar si Kecil lupa dan merasa memiliki kontrol.

Contoh, saat si Kecil tidak bisa mendapatkan mainan yang diinginkannya di supermarket, Ibu bisa mengalihkan perhatiannya dengan menawarkan es krim, atau camilan favoritnya, saat anak marah, berteriak, atau terlihat rewel.

Misalnya dengan berkata, “Nak, yuk kita lihat-lihat eskrim. Nanti adik boleh pilih sendiri, ya!

5. Berikan Pelukan

Memberikan pelukan merupakan cara menghadapi tantrum anak yang juga bisa dicoba. Pelukan dapat meredakan amarah yang tengah meluap dalam diri si Kecil. Tapi ingat, pelukan yang dimaksud adalah pelukan yang erat, bukan peluk canda yang banyak menggunakan kata-kata, ya.

Selanjutnya, peluk anak Ibu dengan erat dalam diam. Tidak perlu menyampaikan kata-kata apa pun. Pelukan yang Ibu berikan akan memberikan rasa aman dan nyaman pada anak. Beri tahu mereka bahwa Ibu tetap menyayanginya sekali pun tidak setuju dengan tindakan yang dilakukannya.

6. Beri Solusi dari Penyebab Tantrumnya

Beragam hal bisa menjadi penyebab tantrum pada anak, seperti keinginan yang tidak terpenuhi atau adanya perasaan lapar dan mengantuk yang sulit diungkapkan.

Jika anak belum bisa berbicara, salah satu cara untuk mengenali penyebabnya adalah dengan menanyakan secara langsung, “Adik kenapa marah-marah? Lapar?” atau “Adik mau mainan yang tadi?”. Anak mungkin akan mengangguk atau menggeleng. Jika penyebab tantrum anak diketahui, maka Ibu akan lebih mudah mengatasinya.

Apabila permintaan yang diinginkan si Kecil terbilang wajar dan berkaitan dengan kebutuhannya, Ibu mungkin bisa mengabulkannya. Namun, jangan selalu mengikuti dan menyerah pada keinginannya ya, Bu. Menyerah pada tuntutannya dapat memperkuat perilaku tantrumnya.

Namun, bila sejak awal Ibu sudah berkata “tidak”, maka tetaplah konsisten untuk berkata “tidak”. Konsistensi Ibu dari hari ke hari dalam menghadapi tantrumnya adalah kunci untuk mengurangi frekuensi tantrum.

Itulah beberapa cara mengatasi anak tantrum yang bisa Ibu lakukan. Apabila tantrum pada anak tampak terlalu sering, atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, Ibu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis anak guna mendiskusikan perilaku tersebut dan cara tepat menghadapinya.

Jika tantrum pada anak tampak terlalu sering, atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, Ibu sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendiskusikan perilaku tersebut dan cara tepat menanganinya.


Referensi:

1, https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/discipline/tantrum/a-parents-guide-to-temper-tantrums/.   Diakses pada 25 Januari 2023
2, Kids Health. https://kidshealth.org/en/parents/tantrums.html.  Diakses pada 25 Januari 2023.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISWA KELAS 1 DAN 2 SDN 2 TERAS SEMANGAT IKUTI IMUNISASI PIN POLIO