Selain pemicu fisiologis seperti rasa lelah,
lapar atau sakit, tantrum juga bisa disebabkan oleh rasa frustasi. Rasa frustasi ini karena si Kecil
memiliki keinginan yang kuat untuk mandiri, tapi juga ingin mendapatkan
perhatian penuh dari orang tua. Ditambah lagi, ia belum memiliki kemampuan
untuk mengomunikasikan keinginannya dengan baik dan mengelola emosinya
tersebut.
Tantrum sering terjadi pada anak
usia 1-3 tahun dan biasanya disebabkan karena anak masih berada pada tahap awal
perkembangan sosial, emosional, dan bahasa.
Karena anak belum bisa mengomunikasikan kebutuhan dan perasaannya,
akibatnya mereka jadi frustrasi.
Tantrum adalah salah satu cara
anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau
mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka. Anak yang lebih besar juga bisa
mengalami tantrum. Ini bisa jadi karena mereka belum belajar cara yang aman
untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.
Menurut penelitian, lima hingga
tujuh persen anak berusia satu hingga tiga tahun bisa memperlihatkan tantrum
selama 15 menit, sebanyak hingga 3 kali seminggu atau lebih. Meski begitu,
jangan terlalu khawatir ya, Bu.
Saat ia semakin besar dan mulai
bisa belajar untuk memahami, serta mengomunikasikan dan mengelola perasaannya,
maka frekuensi tantrumnya akan berkurang, kok.
Bagaimana Cara Mengatasi Anak
Tantrum?
Penanganan tantrum berbeda-beda
tergantung karakter masing-masing anak. Untuk balita, bisa dilakukan dengan
mendekatkan diri kepada anak ketika anak tantrum. Berikan kenyamana seperti
pelukan dan elusan, serta yakinkan anak kalau orang tua memahami perasaannya.
Untuk anak yang lebih besar,
orang tua bisa mengenali emosi-emosi anak setiap kali tantrum. Berikan jeda
kepada anak dan
dukung anak saat mereka
tenang, dan segera atasi masalah yang memicu tantrum.
Menghadapi si Kecil yang sedang
tantrum memang memerlukan kesabaran . Apalagi, anak berusia satu tahun umumnya
belum bisa bicara untuk mengungkapkan keinginan dan perasaannya.
Jika dibiarkan terus-menerus
karena bisa menjadi kebiasaan yang buruk dan memengaruhi tumbuh kembangnya di
kemudian hari. Nah, berikut adalah beberapa cara mengatasi anak tantrum yang
bisa Ibu lakukan.
1. Tetap Tenang
Ketika menghadapi anak tantrum,
penting bagi Ayah dan Ibu agar tetap tenang dan jangan ikut terbawa emosi.
Sebab, hal ini justru akan membuat Ibu tidak bisa berpikir jernih untuk
menghadapi perilaku anak.
Sebaliknya, menunjukkan sikap
yang tenang justru akan menjadi contoh bagi si Kecil untuk ikut menenangkan
dirinya sendiri. Jadi, cobalah tarik napas dalam-dalam dan tetap berusaha
tenang. Lalu, pikirkan langkah apa yang akan Ibu lakukan selanjutnya sambil
memantau kondisi si Kecil.
Apabila si Kecil mulai agresif,
misalnya melempar barang, coba katakan “Adik nggak apa-apa marah sama Ibu, tapi
jangan lempar-lempar mainan, ya. Kalau nanti kena orang lain, kan kasihan,”
dengan nada tegas dan netral.
2. Bawa Anak ke Tempat Tenang
Jika anak mulai tantrum di tempat
umum, ada baiknya Ibu segera membawa si Kecil menjauh dari keramaian dan sebisa
mungkin cari tempat yang sepi. Tujuannya untuk “membolehkan” si Kecil lebih
leluasa mengekspresikan perasaannya.
Tetap tahan emosi, dan cobalah
sesekali belai lembut si Kecil sambil menunggunya sedikit tenang.
3. Biarkan Anak Meluapkan
Emosinya
Mendiamkan si Kecil juga bisa
menjadi salah satu cara yang ampuh saat menghadapi tantrumnya.
Sebab, terkadang anak tantrum
hanya perlu melampiaskan emosinya agar merasa lega. Jadi, coba diamkan anak
sejenak sambil meninggalkannya. Kemudian, dekati atau datangi kembali beberapa
waktu kemudian.
Akan tetapi, tindakan
“mengabaikan” ini hanya boleh Ibu lakukan selama anak tidak berada dalam
situasi membahayakan dirinya. Saat akan mendiamkan si Kecil, pastikan dulu ya,
tidak ada benda-benda berbahaya atau tindakan yang bisa menyakiti dirinya.
4. Alihkan Perhatian Anak
Anak kecil sangat mudah melupakan
sesuatu dan tertarik pada hal baru. Ibu bisa memanfaatkan hal ini untuk mengalihkan
perhatiannya saat tantrum.
Ada banyak cara untuk membuat si
Kecil melupakan tantrumnya. Misalnya, ajak ia ke ruangan lain, atau tawarkan
mainan kesayangannya. Ajak anak menyanyi, atau melakukan aktivitas favoritnya
yang lain.
Ibu juga bisa mengajaknya memilih
sesuatu saat sedang tantrum agar si Kecil lupa dan merasa memiliki kontrol.
Contoh, saat si Kecil tidak bisa
mendapatkan mainan yang diinginkannya di supermarket, Ibu bisa mengalihkan
perhatiannya dengan menawarkan es krim, atau camilan favoritnya, saat anak
marah, berteriak, atau terlihat rewel.
Misalnya dengan berkata, “Nak,
yuk kita lihat-lihat eskrim. Nanti adik boleh pilih sendiri, ya!
5. Berikan Pelukan
Memberikan pelukan merupakan cara
menghadapi tantrum anak yang juga bisa dicoba. Pelukan dapat meredakan amarah
yang tengah meluap dalam diri si Kecil. Tapi ingat, pelukan yang dimaksud
adalah pelukan yang erat, bukan peluk canda yang banyak menggunakan kata-kata,
ya.
Selanjutnya, peluk anak Ibu
dengan erat dalam diam. Tidak perlu menyampaikan kata-kata apa pun. Pelukan
yang Ibu berikan akan memberikan rasa aman dan nyaman pada anak. Beri tahu
mereka bahwa Ibu tetap menyayanginya sekali pun tidak setuju dengan tindakan
yang dilakukannya.
6. Beri Solusi dari Penyebab
Tantrumnya
Beragam hal bisa menjadi penyebab
tantrum pada anak, seperti keinginan yang tidak terpenuhi atau adanya perasaan
lapar dan mengantuk yang sulit diungkapkan.
Jika anak belum bisa berbicara,
salah satu cara untuk mengenali penyebabnya adalah dengan menanyakan secara
langsung, “Adik kenapa marah-marah? Lapar?” atau “Adik mau mainan yang tadi?”.
Anak mungkin akan mengangguk atau menggeleng. Jika penyebab tantrum anak
diketahui, maka Ibu akan lebih mudah mengatasinya.
Apabila permintaan yang
diinginkan si Kecil terbilang wajar dan berkaitan dengan kebutuhannya, Ibu
mungkin bisa mengabulkannya. Namun, jangan selalu mengikuti dan menyerah pada
keinginannya ya, Bu. Menyerah pada tuntutannya dapat memperkuat perilaku
tantrumnya.
Namun, bila sejak awal Ibu sudah
berkata “tidak”, maka tetaplah konsisten untuk berkata “tidak”. Konsistensi Ibu
dari hari ke hari dalam menghadapi tantrumnya adalah kunci untuk mengurangi
frekuensi tantrum.
Itulah beberapa cara mengatasi
anak tantrum yang bisa Ibu lakukan. Apabila tantrum pada anak tampak terlalu
sering, atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, Ibu sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter spesialis anak guna mendiskusikan perilaku tersebut
dan cara tepat menghadapinya.
Jika tantrum pada anak tampak
terlalu sering, atau membuatnya menyakiti dirinya atau orang lain, Ibu
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak untuk mendiskusikan perilaku
tersebut dan cara tepat menanganinya.
Referensi:
1, https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/discipline/tantrum/a-parents-guide-to-temper-tantrums/.
Diakses pada 25 Januari 2023
2, Kids Health.
https://kidshealth.org/en/parents/tantrums.html. Diakses pada 25 Januari 2023.
Komentar
Posting Komentar