Membangun Semangat Keimanan Siswa, SDN 2 Teras Gelar Pesantren Kilat Ramadhan 1446 H

Gambar
Teras - Untuk meningkatkan wawasan keislaman dan membangun semangat keimanan siswa di Bulan Suci Ramadhan Tahun 1446 H. SD Negeri 2 Teras menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat selama 3 hari berturut-turut pada Kamis, 06 Maret s/d Sabtu, 08 Maret 2025. Kegiatan diikuti oleh 154 siswa dari kelas I hingga kelas VI. Beberapa materi yang disampaikan dalam pesantren kilat antara lain, Tadarus Al-Qur'an / Tahsin, Fiqih, dan Tarikh/ sejarah islam. Materi pesantren kilat disampaikan oleh para guru setempat. Berikut Rundown acara Pesantren Kilat Ramadhan 1446 H SDN 2 Teras Para siswa sangat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat ini. Melalui kegiatan pesantren kilat ini, diharapkan dapat meningkatnya pemahaman, penghayatan, dan pengamalan agama siswa sebagai internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuhnya kesadaran siswa / generasi muda untuk melakukan perbuatan terpuji dan menghindari perbuatan tercela menurut ajaran agama, hukum, dan buday...

Raja Mataram & Bunga Wijaya Kusuma

 


Foto adalah prosesi pengambilan bunga wijaya kusuma pada tahun 1939 pada masa awal pemerintahan Sunan Pakubuwana XI.


Seri Pengetahuan sejarah Mataram 

Bunga Wijaya Kusuma dianggap memiliki perlambang, Bunga Kemenangan, Bunga Kejayaan, Bunga Keberhasilan. Dalam sebuah kisah diceritakan Prabhu Kresna raja Dwarawati di saat menuju ke Gunung Mahameru atau Suralaya ketika sampai di pinggir laut selatan melepaskan bunga wijaya kusuma dalam kendaga dan dilabuh ke laut selatan sambil berkata semoga akan tumbuh dan menjadi salah satu perantara Raja Raja Tanah Jawa menjadi Raja yang Gung Binatara.

Salah satunya Sunan Amangkurat II memerintahkan Priyantaka untuk mencari bunga wijaya kusuma hingga ketemu dan tidak boleh kembali ke Kraton Kartasura jika belum mendapatkannya. Akhirnya sekitar delapan bulan kemudian Priyantaka kembali dengan membawa bunga wijaya kusuma. Sebagai tanda terima kasih Amangkurat II mengangkat Priyantaka sebagai Patih dengan nama gelar Raden Tumenggung Sindurejo.

Pada masa awal pemerintahan Sunan Pakubuwana X, beliau juga memerintahkan untuk memetik bunga wijaya kusuma di Pulau Majeti Karang Bandhung Cilacap.

Tepatnya sekitar delapan bulan setelah penobatan beliau sebagai Raja Kraton Surakarta yaitu Sabtu Pon  tanggal 23 Rabiul Akhir tahun Dal candra sangkala gunaning cundaka angesthi wiji ( tahun 1823 ) beliau memerintahkan Bupati Anom Kliwon Suranata yaitu Raden Ngabehi Reksaniti VI untuk memetik bunga wijaya kusuma di Karang Bandhung Cilacap.

Prosesi diawali pada malam sebelum keberangkatan R Ngabehi Reksaniti VI dan Abdi Dalem Kauman menghadap Sunan Pakubuwana X di Masjid Panepen Kraton Surakarta. Disana dilaksanakan doa bersama mohon kelancaran dalam memetik bunga wijaya kusuma. Setelah selesai, Sunan Pakubuwana X dengan didampingi Patih, juga Pengulu Tafsir Anom dan diiringi para abdi dalem Kauman berjalan menuju Sasana Parasdya. Setelah sampai di Sasana Parasdya , Sunan Pakubuwana X lenggah di dampar kencana. Dilanjutkan satu persatu para abdi dalem Kauman dan R Ng Reksaniti VI  menghaturkan sembah dan sungkem pangabekti kepada Sunan Pakubuwana X.

Kepada para abdi dalem Kauman, Sunan Pakubuwana X berpesan supaya mereka mengurangi makan minum dan senantiasa berdoa supaya dilancarkan dalam tugas memetik bunga wijaya kusuma. Kemudian para abdi dalem undur diri keluar dari Kraton.

Pada keesokan harinya Sabtu pagi pukul delapan para abdi dalem Kauman dan R Ngabehi Reksaniti VI berjalan menuju halaman Sasana Sewaka dengan berpakaian prajurit lengkap. Disana sudah menunggu Sunan Pakubuwana X di depan Bangsal Maligi. Setelah menghadap Sunan Pakubuwana X, mereka berpamitan. Rombongan keluar dari Kraton melewati Kori Sri Manganti Lor, Kamandungan, Supit Urang. Kemudian mereka berkuda menuju arah barat.

Ketika sampai di Astana Laweyan mereka berhenti dan turun dari kuda.mereka melakukan sholat Dzuhur di mesjid Laweyan.kemudian dilanjutkan ziarah kemakam para leluhur Sunan Pakubuwana X, antara lain, makam Ki Ageng Henis, Nyai Ageng Made Pandan, Nyai Ageng Pathi, Ki Ageng Ngerang III sekalian istri, Nyai Ageng Sobo, Permaisuri Sunan Pakubuwana IV, RAy Sosrokusumo, KPH Purbonegara sekalian Garwa, GKR Pakubuwana VIII. Kemudian para abdi Kauman membagikan uang sedekah atas nama Sunan Pakubuwana X kepada rakyat sekitar. Kemudian rombongan melanjutkan perjalanan, sesampai di Makam Aji Pajang mereka berziarah kemakam RT Wirareja orang tua Kanjeng Ratu Beruk permaisuri Sunan PB III. Kemudian dilanjutkan sholat Asar di Mesjid Saripan. Disana juga membagikan sedekah . Rombongan beristirahat dan bermalam di Makam Aji Pajang. Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan.sesampai di Boyolali beristirahat dan bermalam. Ketika sampai Salatiga beristirahat dan bermalam. Perjalanan ke Cilacap memakan waktu 10 hari. Dan setiap perjalanan tidak lupa membagikan uang sedekah kepada rakyat yang ditemui.

Ketika sampai di Cilacap rombongan berziarah ke makam leluhur Sunan Pakubuwana X sembari membagikan sedekah. Kemudian rombongan beristirahat dan mempersiapkan uba rampe keperluan memetik bunga.

Keesokan harinya pukul empat pagi rombongan menuju ke pelabuhan. Disana mereka berganti baju kain putih. Kemudian jam delapan pagi naik kapal menuju pula Karang Bandhung dengan didampingi Juru Kunci Pula Karang Bandhung.  Ditengah laut , mereka melarung ageman, kain jarik milik Sunan Pakubuwana X . Pukul empat sore sampai di pulau Karang Bandhung. Kemudian mereka naik ke bukit tempat pohon tua wijaya kusuma berada. Setelah melakukan ritual doa akhirnya pukul tiga pagi bunga wijaya kusuma berhasil dipetik dan dimasukkan kedalam kain sutera berlapis kain cinde. Dan digendong oleh Raden Ngabehi Reksaniti VI . Kejadian tersebut bertepatan Malam Selasa 11 Jumadil Awal 1823.

Kemudian rombongan pulang. Dipinggir kota Nagari Surakarta, rombongan disambut Patih dan kemudian Bungkusan bunga wijaya kusuma dimasukkan kedalam kendaga kemudian dimasukkan kedalam joli. Kemudian joli diarak menuju Kraton Surakarta kemudian masuk kedalam Kraton Surakarta, di Sasana Parasdya Sunan Pakubuwana X berkenan lenggah menyambut kedatangan rombongan. Sunan Pakubuwana X menerima Kendaga berisi bunga wijaya kusuma, kemudian oleh beliau kendaga tersebut dibawa kedalam Dalem Ageng Prabasuyasa dan disimpan di Kamar Pusaka.
Sumber : Akun FB Jejak Sejarah Mataram 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) SDN 2 Teras yang Terarah dan Menyenangkan

Membangun Semangat Keimanan Siswa, SDN 2 Teras Gelar Pesantren Kilat Ramadhan 1446 H