Sebagian orangtua merasa memukul anak bisa diterapkan
sebagai bentuk hukuman untuk anak. Apakah Ibu juga berpikir demikian? Sebagian
orangtua mengeluhkan perilaku anak sama seperti yang mereka lakukan
bertahun-tahun lalu. Sekarang ini, banyak orangtua kurang memiliki kemampuan
untuk menjadi orangtua. Salah satu penyebabnya adalah karena gaya hidup yang
jauh dari ideal.
Saat ini orangtua dan anak menjalani gaya hidup yang kurang
akrab dan terisolasi. Ada perilaku-perilaku anak yang di luar kendali.
Penyebabnya bukanlah karena orangtua tidak menerapkan hukuman fisik. Tetapi
disebabkan oleh faktor lingkungan, termasuk pola makan (gula berlebih, bahan
pengawet, pewarna, dan zat tambahan lainnya yang membuat anak tidak fokus),
waktu nonton TV yang berlebihan, orangtua yang tidak tahu bagaimana membantu
anak melewati badai emosi, orangtua yang memilih menghukum anak daripada
berbicara dengan mereka, dan orangtua yang harus bekerja berjam-jam untuk
mencari uang. Padahal anak membutuhkan quality time bersama orangtua dan ini
sangat sulit didapat dalam kehidupan keluarga modern.
Kenapa memukul anak bukan cara yang efektif ?
Penting untuk dipahami kalau disiplin tidak sama dengan
menghukum lho Bu. Para ahli pengasuhan anak mengatakan banyak orang memiliki
pandangan keliru tentang cara mendisiplinkan anak. Disiplin itu berarti
mengajarkan. Nah, Ibu perlu tahu beberapa alasan kenapa memukul anak bisa
berdampak negatif secara emosi dan fisik. Simak ya Bu…
1. Karena sama dengan mengajarkan kekerasan
Anak akan menjadi seperti apa yang ia lihat, bukan apa yang
ia dengar. Jadi tindakan Ibu akan menjadi contoh bagi anak.
Meski tidak segera terlihat ketika anak masih kecil,
perilaku orangtua yang suka memukul akan mempengaruhi masa depan anak nantinya.
Apakah Ibu ingin mengajarkan anak menerima kekerasan fisik saat marah sebagai
cara mengontrol orang lain atau membuat sesuatu menjadi adil atau benar? Nah,
itulah yang dipelajari anak ketika dipukul.
Sering juga terjadi anak yang di-bully jadi mem-bully. Ini
terjadi karena kekerasan membuat anak merasa tidak berdaya. Mereka lantas
mencari cara untuk mengeluarkan perasaan tersebut atau belajar untuk
memendamnya. Keduanya sama-sama tidak sehat. Hasil penelitian menyatakan anak
yang lebih sering dipukul dibanding teman sebayanya yang tidak menerima
pukulan, lebih cenderung mengembangkan perilaku agresif nantinya.
2. Tidak ada bukti kalau memukul jadi cara yang efektif
Memukul anak tidak akan membuahkan hasil. Memukul mungkin
bisa membuat anak mematuhi aturan untuk waktu pendek, tapi bukan cara efektif
untuk mencegah perilaku yang sama terus diulangi.
Sebuah penelitian jangka panjang menemukan fakta bahwa
memukul tidak akan menghasilkan apapun dan sebenarnya bisa menyebabkan anak
mengalami masalah emosional dalam hidup. Meski ada banyak penelitian tentang
kebiasaan memukul anak, tak ada satu pun penelitian yang menemukan manfaat
positif dari memukul itu.
Banyak buku mengatakan jika anak perlu lebih disiplin,
berarti orangtua perlu menghukum mereka saat anak melanggar aturan. Tapi
tindakan seperti ini sering kali mengakibatkan anak akhirnya memberontak.
3. Memukul tidak memecahkan masalah
Memukul mungkin menghentikan anak berperilaku buruk untuk
sementara waktu. Tetapi tindakan itu tak mengajarkan anak tentang apa yang
salah dan bagaimana mengatasinya dengan baik.
Pertama-tama Ibu harus tahu kenapa anak berperilaku nakal.
Apakah ia merasa lelah, bosan, membutuhkan perhatian, atau ada emosi yang tidak
bisa ia ungkapkan? Memukul anak bukan jalan keluar dan tidak akan membantu
memenuhi kebutuhan anak.
Daripada menggunakan hukuman secara fisik, cobalah bekerja
sama dengan anak untuk mewujudkan kebutuhan yang belum terpenuhi dan kemudian
beri pujian atas perilaku positif yang ia tunjukkan.
4. Memukul anak bisa mempengaruhi hubungan Ibu dengan buah hati
Kebanyakan orangtua ingin dicintai dan dihormati oleh anak.
Tapi untuk mencapai ini, penting juga untuk mencintai dan menghormati anak.
Perlakukan anak dengan empati, sayang, dan cinta.
Bila Ibu menerapkan hukuman fisik, anak akan merasa takut
serta bingung. Bila suatu hari teman atau pasangan memukul Ibu karena Ibu
melakukan sesuatu yang mereka tidak suka, apakah Ibu masih akan menjalin
kedekatan dengan mereka? Tentu tidak, bukan? Lalu apakah anak bisa menganggap
Ibu sebagai teman atau bisakah ia menjalin kedekatan dengan Ibu yang telah
melakukan kekerasan fisik padanya?
Memukul bisa menghancurkan kepercayaan lho Bu. Anak tidak
lagi mempercayai orangtua dan menjadi semakin reaktif. Sikap ini memicu
perilaku agresif. Anak-anak menjadi siap menyerang bahkan sebelum mereka
diserang. Justru semakin buruk kan Bu?
5. Anak akan belajar untuk menghindari orangtuanya dan bukan
memperbaiki perilakunya
Akibat anak sering dipukul, anak mungkin akan lebih fokus
pada hukuman daripada perilaku buruk yang ia perbuat. Misalnya, bukannya tidak
mengganggu adik karena akan membuatnya menangis, anak justru belajar untuk
tidak mengganggu adik di depan orangtuanya karena ia takut akan dipukul.
Anak akan merasa takut dan tidak fokus pada pesan yang ingin
Ibu sampaikan dengan cara memukulnya. Bicaralah pada anak dengan tenang dan
berikan contoh yang baik. Cara ini jauh lebih efektif. Silakan dicoba ya Bu!
6. Memukul anak menunjukkan Ibu lebih besar
Memukul memperjelas kenyataan jika Ibu lebih besar dan lebih
kuat dari anak. Dengan memukul, Ibu mengambil kendali anak atas dirinya karena Ibu
lebih besar dan secara fisik mampu melakukannya.
Di mata anak, ini tidak adil karena ia tidak berdaya untuk
membela diri. Ingat, anak akan tumbuh dan menjadi lebih besar, lebih cepat, dan
lebih kuat dari Ibu. Lalu bagaimana Ibu akan mengendalikan perilaku anak bila
ia sudah lebih besar dan lebih kuat dari Ibu?
7. Memukul anak membuat anak tidak memiliki kendali atas
dirinya
Anak harus bisa mengendalikan sendiri tubuhnya. Sangat
penting untuk mengajarkan anak mengenai hubungan yang sehat dan penuh rasa
hormat. Pemahaman anak terhadap hal ini akan sangat dipengaruhi oleh hubungan
orangtua dengannya. Bila Ibu memukul, maka itu artinya Ibu mengambil kendali
atas tubuh anak tanpa persetujuan si anak dan tanpa disadari
Ibu sedang mengajarkan kepada anak kalau
persetujuan bukanlah hal yang penting.
8. Orangtua bisa menyakiti anak
Ini mungkin jadi hal pertama yang perlu diingat ya Bu.
Jangan lupakan. Memukul adalah tindakan untuk menyakiti anak. Dengan memukul,
Ibu menimbulkan rasa sakit. Coba deh bayangkan Ibu dipukul suami, pasti Ibu
bertanya-tanya kenapa orang yang mencintai Ibu ingin menyakiti Ibu secara
fisik? Nah, perasaan yang sama bisa sangat membingungkan bagi anak dan bisa
merusak hubungan orangtua dengan anak. Tindakan Ibu bisa menyebabkan anak tidak
lagi percaya lagi dengan Ibu dan hubungan Anda berdua menjadi tidak dekat.
Apakah Ibu ingin anak-anak tumbuh dan mempercayai bahwa rasa sakit fisik
sebagai hal yang normal dan menjadi bagian yang bisa diterima dalam hubungan
orangtua dan anak? Tentu tidak kan?
9. Dengan memukul, orangtua tidak memberi contoh cara sehat
untuk mengatasi rasa marah
Bila Ibu memukul ketika merasa marah, maka Ibu sesungguhnya
sedang mengajarkan kepada anak kalau kekerasan adalah cara yang benar untuk
mengatasi emosi negatif. Ingat, Ibu adalah panutan bagi anak.
Entah Ibu menginginkannya atau tidak, anak belajar dengan
mengamati semua yang Ibu lakukan. Bila Ibu memukul, anak belajar untuk memukul.
Disiplin yang baik adalah dengan menjaga martabat orangtua dan anak, bukan
dengan memberi hukuman pukulan.
10. Karena orangtua pernah dipukul saat kecil, bukan berarti hal
ini benar untuk dilakukan
Salah satu alasan para orangtua membenarkan kekerasan adalah
karena menganggap kekerasan tersebut tidak membahayakan. Memukul lantas sering
digunakan untuk menghentikan kebiasaan buruk dan perilaku yang tidak
diinginkan.
Beberapa orang berpendapat dan meyakini bahwa hukuman fisik
menjadi cara yang bisa diterima untuk menjalin hubungan dengan anak. Tapi
pendapat itu tidak terbukti berhasil untuk jangka panjang dan bahkan bisa
menimbulkan hal-hal yang berbahaya.
Banyak penelitian membuktikan, memukul anak bukanlah cara
mendidik yang efektif. Memukul hanya memaksa anak mengikuti aturan untuk jangka
pendek. Penelitian membuktikan bahwa perilaku buruk bisa diulangi lagi hanya
dalam waktu hanya 10 menit.
Banyak orangtua menyatakan bahwa mereka hanya memukul
setelah anak melakukan kesalahan beberapa lama. Namun penelitian menemukan
kalau kebanyakan orangtua melakukan hukuman kekerasan cukup cepat, bahka kadang
dalam waktu kurang dari satu menit setelah perilaku buruk anak dimulai.
Lalu ketika hukuman dengan memukul tidak berhasil, maka Ibu
akan melakukan pemukulan lebih keras dan lebih sering karena Ibu berusaha
mengontrol perilaku anak. Benar begitu ‘kan?
Efek memukul anak
Banyak orangtua yang masih beranggapan bahwa memukul anak
menjadi cara terbaik untuk membuat anak-anak mengikuti aturan. Meski memukul
mirip perilaku orangtua zaman dahulu, tetapi nyatanya penelitian menunjukkan
bahwa 70 persen orangtua di Amerika merasa memukul anak sah-sah saja dilakukan,
dan sebanyak 50 persen orangtua di
Amerika melakukan pemukulan pada anak.
Orang dewasa yang memukul anak, biasanya juga sering dipukul
ketika masih kecil. Mereka mengira, tindakan tersebut berhasil pada dirinya dan
menganggap akan berhasil juga pada anaknya. Apakah Ibu juga berpikir
demikian?
Meski memukul anak menjadi salah satu metode disiplin yang
sudah lama diterapkan, kebanyakan ahli berpendapat kalau memukul bukanlah cara
yang efektif untuk mendisiplinkan anak. Anak memang akan menangis dan
menghentikan perilaku buruknya setelah dipukul, tapi mereka akan kembali
melakukan hal yang sama beberapa saat kemudian karena ia tidak memahami hal
yang benar.
Anak yang dipukul juga mulai berpikir kalau kekerasan adalah
cara untuk mengatasi konflik. Dengan kata lain, orangtua sedang mengajarkan
anak untuk bersikap agresif. Orang tua secara otomatis juga mengajarkan anak
kalau memukul adalah cara untuk menghentikan perilaku buruk yang akan terjadi.
Ingat, orangtua yang baik haruslah memimpin, memandu, dan mengarahkan untuk
mengajar dan mengubah perilaku anak.
Bu, memukul anak biasanya tidak dianggap sebagai kekerasan
terhadap anak. Tapi tindakan ini juga bisa mengarah kepada kekerasan pada anak,
bergantung pada metode yang dilakukan. Setidaknya ada satu panduan penting
untuk menghindari kondisi di luar batas, yakni jangan memukul ketika marah.
Tapi justru panduan ini sering dilanggar. Orangtua memukul anak justru di saat
marah.
Efek positif memukul anak
Banyak ahli meyakini kalau memukul anak bukan cara efektif
untuk mendidik anak dan tidak bisa diterima dalam kondisi apapun. Tidak ada
bukti efek positif dari memukul anak untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Bila hukuman fisik bisa jadi cara yang efektif, maka sisi bahayanya bisa saja
diabaikan. Tetapi memukul tak akan menghasilkan apapun, dan itu berarti tak ada
alasan untuk terus melakukan kebiasaan ini.
Namun agar memukul anak bisa jadi bentuk disiplin yang
efektif, orangtua tidak boleh menggunakan kekuatan yang berlebihan. Penting
pula untuk menjelaskan kepada anak alasan ia dihukum. Bila anak tinggal di
keluarga yang penuh cinta, perhatian, kenyamanan, dan semua hal baik lainnya,
maka ia bisa memahami alasan ia harus didisiplinkan dari perilaku buruknya.
Jika anak bisa memahami kenapa ia dipukul, maka tindakan
tersebut bisa jadi cara mendidik yang efektif. Pada konteks ini, tidak akan ada
efek negatif untuk jangka panjang dan bahkan bisa memberi efek positif.
Misalnya sebelum memukul anak, dengan sabar jelaskan perbuatan anak yang salah
sehingga jelas alasan ia dihukum. Dengan cara ini, ada kemungkinan anak bisa
memahami alasan ia dipukul dan mengubah perilakunya.
Efek negatif memukul anak
Menerima hukuman fisik saat anak masih kecil bisa memicu
perbuatan kekerasan di masa depannya. Meski memukul anak hanya dilakukan oleh
beberapa keluarga saja, tetapi dampak negatifnya bisa menyebar dan mengenai
siapa pun. Anak yang dipukul cenderung akan melakukan kekerasan, sebab mereka
belajar kalau kekerasan menjadi cara mudah dan cepat untuk menyelesaikan
konflik.
Penelitian lain menyatakan, tindakan memukul anak bisa
memicu munculnya masalah kesehatan mental seperti depresi, usaha bunuh diri,
serta penyalahgunaan obat ketika anak menjadi dewasa. Memukul anak juga
menimbulkan efek agresi, kecemasan, dan perilaku berisiko saat dewasa, serta
masalah kesehatan fisik termasuk penurunan harapan hidup.
Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan, walaupun Ibu
berusaha mati-matian membenarkan tindakan pemukulan anak. Orangtua perlu
mencontohkan perilaku yang ingin anak lakukan. Jadi, tidak masuk akal bila
memukul anak karena ia berulah lalu orangtua dengan enteng memintanya untuk
tidak memukul adiknya ketika si adik mengambil mainannya.
Alternatif mendisiplinkan selain memukul anak
Daripada memukul anak-anak, ada cara lain mendisiplinkan
anak-anak yang bisa lebih efektif dan jauh lebih positif
lho Bu. Berfokuslah untuk menghargai perilaku
positif anak. Dan sangat penting untuk konsisten melakukannya, mulai dari
orangtua, kakek-nenek, hingga pengasuh. Hasil yang baik hanya akan didapat jika
anak menerima pesan yang sama.
Terkadang para orangtua menyerah dan merasa kalah karena
tidak memiliki cara untuk mengatasi perilaku buruk anak. Jika ingin lebih
mudah, Ibu wajib belajar beberapa metode efektif untuk mengatasinya. Berikut
ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah masalah perilaku pada
anak:
Kurangilah waktu menonton televisi. Atau buatlah aturan agar
anak-anak tidak memegang ipod, menonton televisi atau bermain games. Penelitian
seringkali menunjukkan bahwa gadget berdampak buruk untuk kesehatan fisik dan
mental anak.
Sebisa mungkin kurangi menyediakan makanan manis, makanan
yang diproses, serta bahan makanan berpengawet untuk menu anak. Pilihlah
makanan mengandung lemak baik untuk perkembangan otak, protein untuk membuat
anak kenyang dan tingkat gula darah lebih stabil, serta tambahkan sayuran dan
buah-buahan.
Usahakan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di luar
ruangan dan di alam
Rencanakan liburan keluarga dan berpetualang untuk
menciptakan memori. Tak perlu mahal atau jauh, Ibu bisa merencanakan liburan
atau petualangan di sekitar rumah.
Sempatkan untuk membaca buku-buku dan artikel-artikel untuk
memahami perilaku dan perkembangan anak. Ingat Bu, otak anak masih berkembang.
Anak-anak tak mampu mengatur otak seperti orang dewasa.
Bersabar dan bersikap pengertian. Meskipun sulit, tapi harus
terus diusahakan ya Bu!
Buatlah harapan-harapan yang nyata dan wajar terhadap anak,
jangan berlebihan.
Nah, daripada memukul atau menunjukkan tindakan agresif di
depan anak, Ibu bisa coba menerapkan metode time-out atau meminta anak masuk ke
kamarnya ketika anak melakukan hal yang salah.
Ibu juga bisa merangsang anak berperilaku baik dengan
menggunakan grafik. Misalnya saja, anak akan mendapat bintang bila berperilaku
baik dan bintang yang ia terima bisa ditukar dengan hadiah seperti nonton
kartun atau hadiah kecil. Menarik kan Bu?
Dengan cara ini, Ibu perlahan melatih anak untuk terbiasa
dengan perilaku baik dan akan menjadi kebiasaan mereka. Anak tidak hanya
belajar tentang bersikap positif, tapi juga dibesarkan di lingkungan yang
positif.
Sumber : Ibu Pedia
https://www.ibupedia.com/artikel/balita/10-alasan-kenapa-orangtua-tidak-boleh-memukul-anak#:~:text=Banyak%20ahli%20meyakini%20kalau%20memukul,sisi%20bahayanya%20bisa%20saja%20diabaikan.
info yang bermanfaat
BalasHapusSemoga makin mendewasakan kita
Hapus