= SANG GURU DALAM DILEMA =
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Oleh: Ki Rusman
SEJAK awal Drona memang selalu pada pilihan yang sulit.
Puncaknya ketika raja Astina meminta "Pati"-nya Wrekudara, sebagai
bukti cinta sang guru pada Kurawa. Tentu saja perintah itu teramat berat
baginya. Dalam hati yang paling dalam Druna sangat sayang kepada Bima. Tapi
kenyataan yang ada ia dan anaknya Aswatama hidupnya tergantung pada Duryudana.
Drona seperti dihadapkan pada buah simalakama. Hatinya ingin
memberontak, tapi disadari di depannya ada jurang yang menganga. Akhirnya Drona
bersandiwara, apus krama pada muridnya Bima.
Di pisuwanan agung Astina Drona memanggil Wrekudara. Dengan
tersendat ia katakan bahwa dirinya ingin mengajarkan ilmu "Sangkan
Paraning Dumadi."
"Syaratnya carilah dulu Kayu Gung Susuhing Angin,
ngger," kata Drona.
""Aku harus kemana?" tanya Bima singkat.
"Ke hutan Tikbrasara di lereng gunung Reksamuka."
Maka seperti biasa, Wrekudara segera berangkat. Tapi
sepeninggal muridnya Drona jatuh pingsan dan sakit. Orang tua itu baru sembuh
ketika Wrekudara datang.
Betapa bahagianya sang guru, saat murid yang dikasihinya
tidak mati. Bima berhasil membunuh Raksasa Rukmuka dan Rukmakala jelmaan Batara
Indra dan Batara Bayu. Bima bahkan memperoleh Cincin Sesotya Maniking Warih.
Pusaka ini bisa dipakai berjalan dan menyelam di dasar samudra.
Menurut Batara Bayu Kayu Gung Susuhing Angin tiada lain
adalah suatu ajaran agar manusia dapat mengendalikan hawa nafsu. Kayu itu
kajeng berarti pikajengan atau kemauan. Gung berarti agung atau tinggi.
Susuhing Angin ialah nafsu. Jadi jika orang ingin mencapai kemauan yang tinggi,
ia harus mampu mengendalikan hawa nafsu.
***
Tapi dengan kembalinya Bima tak urung Drona menjadi bahan
cemohan para Kurawa. Maka sang guru terpaksa mencari cara lain. Kali ini ia
memilih alasan mencari "Air Perwita Sari."
"Aku harus kemana lagi?" tanya Bima.
"Adanya di dasar samudra ngger," jawab sang guru.
Maka lagi-lagi Bima tak banyak bertanya.
Satria tinggi besar itu berangkat berbekal cincin sesotya maniking
Warih.
Apakah sebenarnya Air Perwita Sari itu? Air adalah lambang
alam atau kehidupan, Perwita berarti karakter atau sifat, Sari itu inti atau
keaslian. Jadi maknanya adalah bahwa dalam kehidupan ini orang harus mengenal
dirinya secara hakiki (kebenaran sejati).
* Man arafa nafsahu Faqad arafa Rabbahu *
(Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhan-nya)
Dalam konteks lakon Dewa Ruci Bima telah dihadapkan pada
dirinya yang sejati (Dewa Ruci). Dewa Ruci adalah Bima di pintu kesadaran
manusiawi. Dewa Ruci adalah saripati dari Bima sendiri yang muncul dalam
kepasarahan total kepada Sang Maha Pencipta.
Setiap manusia memiliki dua alam, ialah mikrokosmos yang tak
lain adalah dunia dalam diri pribadi, sedang alam satunya adalah makrokosmos
manusia dalam kaitannya dengan alam semesta dengan segala isinya. Dewa Ruci
merupakan mikrokosmos-nya Bima, sedang Bima dalam kesehariannya adalah
makrokosmos.
Mengapa harus Bima? Inilah yang tidak kalah penting. Mengapa
harus Bima? Bukan Kresna, Puntadewa atau Arjuna? Jawabannya adalah karena Bima
adalah sosok yang paling memenuhi syarat untuk menerima anugerah perwita sari.
Apa syarat itu? Ialah jujur, berani dan taat pada sang guru nadi. Syarat ini
nampaknya ringan tapi sesungguhnya sangatlah berat.
Puntadewa orangnya jujur tapi ia bukan pemberani, Kresna
pemberani namun syarat kejujurannya kurang, Arjuna sangat pemberani dan taat
pada gurunya namun derajat kejujurannya diragukan. Sedangkan Bima atau
Wrekudara tak pernah ada yang meragukan kejujuran dan keberaniannya. Iapun
sosok yang patut dicontoh dalam soal kepatuhannya pada sang guru.
Lihat saja, meskipun yang memerintahkan untuk terjun ke
dasar samudra adalah Drona, seorang guru yang banyak orang meragukan
integritasnya, Bima tak pernah sedikitpun menolak. Baginya guru adalah guru,
terlepas dari apapun kata orang.
Dan ternyata benar, dalam lubuk hati yang paling dalam Drona
sangat mencintai Bima.
Di tengah derasnya permintaan Kurawa untuk mencelakakan
Bima, toh akhirnya ratapan tangis Drona terdengar sangat menyayat. Yaitu ketika
ia mendapatkan muridnya telah sebulan lebih tenggelam ke dasar samudra. Dan
Drona pun nekat menceburkan diri ke dalam lautan, menyusul siswa yang sangat ia
khawatirkan kematiannya.
"Eh lolee .. lolee, anakku ngger Wrekudara. Jangan
tinggalkan aku nggeer ...!"
Betapa terkejutnya Kurawa dan Pandawa ketika beberapa hari
kemudian terlihat Sang Wrekudara datang dari tengah lautan sambil membopong
tubuh gurunya.**
Sumber : https://www.facebook.com/solusi.pendidikan.33
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar